halo selamat malam sobat gopal's blog.........hari ini saya akan membagi artikel tentang persipan kemerdekaan pelajaran IPS..........:
A. Peristiwa-Peristiwa di Sekitar Proklamasi
dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
Setelah melalui perjuangan panjang,
akhirnya bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 berhasil meproklamasikan
kemerdekaan. Namun, perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti samapai disitu.
Bangsa Indonesia harus segera membentuk sebuah negara dan pemerintahan.
1. Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Kekalahan demi kekalahan yang
diderita tentara Jepang, tidak luput dari perhatian para pejuang kita. Berita
kekalahan Jepang menimbulkan beragam reaksi di kalangan tokoh dan rakyat
Indonesia. Fokus perdebatan adalah bagaimana kemerdekaan harus diraih, “kita
diberi atau kita rebut“.
2. Perdebatan di Sekitar Proklamasi.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 sore
hari, Sutan Sjahrir membawa kabar berita kekalahan Jepang dalam perang melawan
Sekutu kepada Bung Hatta. Sutan Sjahrir menanyakan bagaimana Indonesia
menyikapi berita tersebut. Inilah awal mula perdebatan kedua kubu.
Golongan muda dikoordinasi oleh
Sutan Sjahrir menghendaki agar pernyataan kemerdekaan Indonesia itu dibacakan
secepatnya. Kelompok ini berpendapat, pernyataan nkemerdekaan itu jangan
melibatkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, tetapi diumumkan oleh Ir.
Soekarno sebagai pemimpin rakyat melalui radio. Salah satu alasannya,
kemerdekaan yang diumumkan oleh PPKI akan dianggap sekutu sebagai hadiah
pemberian, dan Indonesia merdeka yang lahir dengan cara semacam itu akan dicap
sebagai buatan Jepang.
tanggal 15 Agustus 1945 Golongan
muda mengadakan rapat di salah
satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta. Hadir atl :
Chairul Saleh, Darwis, Djohar Nur, Kusnandar, Subianto, Margono, Aidit,
Sunyoto, Abubakar, Eri Sudewo, Wikana dan Armansyah.
Keputusan rapat antara lain :
1)
Menyatakan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah
hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan pada bangsa dan
negara manapun
2)
semua ikatan dan hubungan dengan janji
kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan
3)
Mereka berharap diikutsertakan menyatakan
proklamsi, sehingga mereka memutuskan untuk berunding dengan Bung Karno dan
Bung Hatta
Maka diutuslah Wikana dan darwis untuk menemui Bung Karno di
rumahnya Jl Pegangsaan Timur 56 jakarta, sedang utusan ke rumah Bung Hatta
adalah Subandio Sastrosatomo. kedua utusan tersebut gagal menyakinkan dan
membujuk kedua tokoh itu untuk segera membacakan kemerdekaan bangsa.
Langkah dan tindakan golongan tua
cenderung mengikuti aturan yang sudah ada, tidak terburu-buru, dan telah
dipikirkan masak-masak apa resiko serta konsekuensinya. Saat menerima berita
dari Sjahriri , Hatta tidak menyanggah tetapi juga tidak percaya begitu saja.
Ia menanyakan langsung kepada Gunseikanbu (Pemerintah militer Jepang). Setelah
yakin benar, Hatta mengambil keputusan untuk mengundang PPKI agar bersidang
tanggal 16 Agustus 1945 di kantor Dewan Sanyo di Penjambon 2. Rencana Hatta
ditentang oleh para pemuda seperti Subandio dan Subiarto. Bagi Bung Hatta ,
sama saja kalau pernyataan kemerdekaan itu diucapkan oleh Bung Karno sebagai
pemimpin rakyat atau oleh Bung Karno sebagai ketua PPKI.
Pada dini hari pukul 04.30 tanggal
16 Agustus Bung Karno dan Bung Hatta diculik oleh golongan pemuda untuk dibawa
ke Rangasdengklok. Selama seharianmereka hanya duduk duduk serta tidak tahu apa
yang terjadi., hingga Mr Ahmad Subardjo datang membawa kabar bahwa para
pemimpin itu ditunggu anggota PPKI dan Guisekan. Akhirnya, mereka kembali ke
Jakarta dan tiba pukul 20.00.
Setelah salah perhitungan dan gagal
dalam membaca keadaan, golongan muda harus mengakui pengalaman golongan tua.
Kedua kubu bertemu lagi di rumah Laksamana Maeda, bersama anggota PPKI dan
beberapa tokoh pergerakan kira-kira 50 orang. Lima di antara yang hadir yaitu
Bung Karno, Bung Hatta, Subardjo, Sukarni, dan Sayuti Malik, masuk ke suatu ruangan
untuk menyusun teks proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya. Bung Karno
mendiktekan, Bung Hatta menulis dan memberi beberapa koreksi. Setelah selesai
Bung karno memimpin rapat untuk menawarkan konsep teks proklamasi yang baru
saja disusun. Perdebatan kecil terjadi tentang siapa yang harus menandatangi
teks bersejarah tersebut. Bung Karno usul semua yang hadir menandatangai
seperti proklamasi Amerika, namaun para pemuka justru menolak. Sukarni
mengusulkan agar tes tersebut ditandatangai oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas
nama bangsa Indonesia.
Inilah pengakuan golongan muda
terhadap golongan tua, yang menandai tercapainya sebuah kesepakatan tentang
proklamasi, setelah perdebatan demi perdebatan mereka jalani. Pda detik-detik
terakhir krisis itu, jiwa besar golongan muda tampil mengemukakan untuk mengakui pengalaman golongan tua.
Sebuah sikap keteladanan yang patut dicontoh.
3. Penyebaran Berita Proklamasi dan Sikap Rakyat di Berbagai
Daerah.
Pada pukul 03.00 dini hari, tanggal
17 Agustus 1945 atau sesaat setelah rapat di rumah Maeda selesai, Bung Hatta
menghampiri pemuda Burhanuddin Diah (BM Diah) pemuda yang bekerja pada kantor
Berita domei milik pemerintah
Jepang ini, Bung Hatta berpesan ke seluruh dunia.
Dengan motivasi dari Bung Hatta,
pemuda itu segera mengadakan pembagian pekerjaan dengan membentuk beberapa
kelompok. Masing-masing kelompok pemuda mengirimkan kurir untuk memberitahukan
kepada masyarakat bahwa esok pagi tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 akan
diadakan proklamasi kemerdekaan.
Tokoh pemuda Sukarni
mengkoordinasi kelompok pemuda yang
bermarkas di Jl Bogor Lama. Malam itu juga Sukarni mengadakan rapat di
Kebayoran untuk mengatur pelaksanaan dan cara penyiaran berita proklamasi.
Antara lain diputuskan : semua media komunikasi yang ada akan dipergunakan
untuk acara itu. Pamflet, pengeras suara, dan mobil-mobil siap dikerahkan ke
segenap penjuru kota. Sasarannya pengerahan masa agar bisa mendengar lamgsung
pembacaan proklamsi di Pegangsaan Timur 56.
Pagi itu, ketegangan kembali terjadi antara golongan muda dan
golongan tua, bahkan melibatkan bala tentara Jepang. Karena kesalahan
informasi, terjadi konsentrasi masa di Lapangan Ikada ( Ikatan Atletik Jakarta,
sekarang di sudut tenggara Monas). Bala tentara Jepang mengadakan blokade dari
aktivitas pemuda. Pemimpin Barisan Pelopor Sudiro menemui dr. Muwardi yang
menjadi kepala keamanan Bung Karno. Dung Karno menghendaki pembacaan naskah
proklamasi dilangsungkan di Pegangsaan Timur 56 dan tidak di lapangan Ikada.
Alasannya resiko terlalu besar baik dari segi keamanan maupun politik, karena
konsentrasi massa yang besar bisa menimbulkan salah paham dengan tentara jepang.
rumah Bung karno sendiri telah siap dan
dijaga oleh tentara PETA di bawah pimpinan Cundanco Latief Hendraningrat. Masa
pun berhasil dipindah dari Ikada ke rumah Bung Karno.
Golongan muda mendesak Bung Karno
segera membacakan teks proklamasi yang telah disusun semalam. Namun tanpa
kehadiran Bung Hatta tidak mungkin bagi Bung Karno untuk melakukan sendiri.
Ketegangan mencair setelah 5 menit acara dimulai Bung Hatta datang. Akhirnya
saat yang bersejarah itu pun terjadilah.
Berita tentang proklamsi itu segera
tersebar ke seluruh penjuru Jakarta, bahkan secara estafet di sebarkan ke
berbagai tempat di Indonesia. sesaat setelah proklamasi itu dibacakan, teks
tersebut telah berada di tangan Waiden B Palenewen yang saat itu menjabat
kepala Bagian Radio dari Kantor Domei. Konon ia menerima dari Syahruddin.
Waiden segera memerintahkan markonis F Wuz segera menyiarkan tiga kali berturut-turut.
Namun baru dua kali disiarkan mendadak datang orang Jepang melarang siaran it.
Larangan tidak digubris, bahkan diualang setiap setengah jam hingga siaran
berhenti pukul 16.00.
Ada tiga akibat yang muncul setelah
siaran berita proklamasi itu
1)
Pimpinan tetara pendudukan jepang di Jawa
menyatakan berita itu sebagai kebohongan dan kekeliruan sehingga memerintahkan
untuk meralat. Pemancar radio akhirnya disegel oleh Jepang tanggal 20 Agustus
1945 dan semua pegawainya dilarang masuk. Segera setelah disegel, mereka dengan
dibantu para teknisi radio seperti
Sukarman, Sutanto, Susilohardjo dan Suhandar, membuat pemancar baru.
Peralatannya dicuri dari Kantor Domei satu demi satu dan dibawa ke rumah Waidan
B Palenewen ke Menteng 31. Akhirnya berdirilah pemancar baru di Menteng 31
dengan kode DJK I. Dari sinilah, berita proklamsi disebarkan ke penjuru tanah
air.
2)
Gunseikanbu memanggil Bung Karno dan Bung Hatta
untuk mempertanggungjawabkan tindakannya. Bahkan, mereka memerintahkan agar
kedua tokoh itu membatalkan proklamsi yang telah terlanjur dibacakan, namun
dengan tegas ditolak Bung Karno dan Bung Hatta. Gunseikanmemperingatkan agar
Indonesia berhati-hati sehingga tidak merugikan jepang karena urusan-urusan
Indonesia akan diserahkan kepada Sekutu. Akhirnya, antara Gunseikan dengan Bung
Karno dan Bung Hatta terjadi kesepakatan : perebutan kekuasaan tidak dilakukan
di Jakarta.
3)
Ada upaya terakhir dari Jepang untuk membatalkan
proklamasi yaitu dengan mendesak PPKI agar bersidang. Agendanya adalah
membicarakan rencana kemerdekaan sebagai hadiah Jepang, sebagaimana pernah
dijanjikan Jepang dahulu.
Reaksi rakyat di berbagai daerah
bermacam-macam, dan heroisme pun membubung tinggi. Apalagi selama pendudukan
Jepang ada kebiasaan rakyat mengadakan rapat raksasa untuk mendengarkan pidato
dari para pemimpinnya. Karena proklamsi kemerdekaan merupakan peristiwa besar
bagi bangsa Indonesia, maka untuk menyambutnya perlu diadakan rapat raksasa.
Rencana disusun oleh komite van Aksi Menteng 31, namun baru tanggal 19
september 1945brapat itu terlaksana. Ribuan rakyat berkumpul di lapangan Ikada
di hadapan tentara Jepang dengan bayonet terhunus. Untuk mencegah insiden
dengan tentara jepang, Bung Karno berpidato singkat agar rakyat percaya kepada
pemerintah Republik Indonesia dan pulang dengan tenang. Inilah pertemuan
pertama presiden dengan rakyat.
Tanggal 20 Agustus 1945 Sri Sultan
Hamengku Buwono IX menyambutnya dengan berkata bahwa “semua orang harus
bersedia dan sanggup mengorbankan kepentingan masing-masing demi kepentingan
kita bersama, ialah menjaga, memelihara, dan membela kemerdekaan nusa dan
bangsa”. Sri Sultan adalah raja dari keraton yogyakarta, namun dia tidak mau
melepaskan diri dari Indonesia dengan membentuk kerajaan sendiri, meskipun saat
itu sangat memungkinkan.
Kemerdekaan yang baru
diproklamasikanitu, dieksplotasikan dalam beragam cara. Secara umum berbagai
peristiwa itu atl :
Waktu
|
Peristiwa
|
Tokoh
|
Tempat
|
19 Agustus – 20 Oktober 1945
|
Para pemuda yang terdiri atas Boei
Taishin (Barisan Berani Mati) dan eks Kaigun Heiho merebut gedung-gedung
vital seperti studio radio serta tangsi polisi
|
Dr. Sam Ratulangi, Mr. Andi Zainual
Abidin
|
Makasar, Polombangkeng
|
13 September 1945
|
Perebutan senjata oleh 600 pemuda
terlatih di markas-markas Jepang
|
|
Gorontalo
|
19 September – 1 Oktober 1945
|
a. Perebutan senjata di gudang mesiu
Don Bosco dan perebutan markas pertahanan Jawa Timur, pangkalan Angkatan Laut
Ujung, serta perebutan markas-markas serta pabrik yang tersebar di Jawa
Timur.
b. Insiden bendera di atas Hotel
Yamato yang dipicu oleh tindakan orang-orang Belanda tawanan Jepang yang
memasang bendera di atas hotel itu.
c. Rakyat menyerbu markas kompetai
(kantor gubenur sekarang) yang dianggap lambang kekejaman pemerintah Jepang.
|
Residen Sudirman
|
Surabaya dan sekitarnya
|
26 September – 7 Oktober 1945
|
a. Aksi pemogokan rakyat yang bekerja
di instansi-instansi pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai
Jepang
b. Berdirinya surat kabar Kedaulatan
Rakyat
c. Pemuda BKR dan Pemuda Polisi
Istimewa merebut gudang senjata di tangsi Otsuka Butai
|
|
Yogyakarta
|
8 Oktober – 12 Oktober 1945
|
a. Pemuda dan tokoh masyarakat
membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API)
b. Shucokan memanggil para pemuda agar
menghentikan aktivitas dan membubarkan organisme yang telah terbentuk
c. Perebutan dan pengambilan
kantor-kantor pemerintah dan pengibaran bendera Merah Putih
|
|
Aceh
|
14 Oktober 1945
|
a. Sebanyak 400 orang tawanan jepang
diangkut para pemuda dari pabrik gula Cepiring ke Semarang. Sebagian di
antaranya melarikan diri yang menyebabkan pemuda marah
b. Pertempuran lima hari dengan korban
sebanyak 990 orang
|
|
Semarang
|
17 Oktober 1945
|
Pemuda berusaha merebut pangkalan
udara Andir dan pabrik senjata (Sekarang pindah)
|
|
Bandung
|
14 Nopember 1945
|
Para pemuda mendirikan berbagai
organisasi seperti Angkatan Muda Indonesia (AMI), Pemuda Republik Indonesia
(PRI), dan lain-lain, untuk menegakkan RI melalui perundingan dan perebutan
kekuasaan
|
|
Bali
|
Desember 1945
|
Para pemuda berusaha merebut senjata
dari markas-markas tentara Jepang
|
|
Gempe, Sape, Raba, Sumbawa
|
14 Pebruari – 15 Februari 1946
|
Eks anggota KNIL yang bergabung di
dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) membebaskan para tawanan yang pro RI,
lalu menguasai markas-markas NICA.
|
Ch.Ch. Taulu, B.W. Lapian, SD. Wuisan,
dan J Kaseger
|
Teling, Tomohon, Tondano, Manado
|
4. Terbentunya Negara
dan Pemerintah Republik Indonesia
a. Proses Terbentuknya Negara Dan Pemerintah Republik Indonesia
Pada saat mengakiri pidato dalam
rangka pembacaan teks proklamsi tanggal 17 Agustus 1945 itu, Bung Karno berkata
:” Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah
air kita dan bangsa kita ! Mulai saat ini kita menyusun negara kita! Negara
merdeka, negara republik Indonesia merdeka, kekal dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu
“
Beberapa saat setelah proklamasi,
rakyat bergerak tanpa dikomando untuk menasionalisasi seluruh aset-aset tentara
pendudukan Jepang. Para pemimpin melakukan konsulidasi untuk menata sistem
kenegaraan sistem demokrasi, monarki dan lain-lain.
Sehari setelah proklamasi PPKI
mengadakan sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945, meskipun mendapat kritikan
dari golongan muda seperti Sukarni, Chairul Saleh dan Wikana. Sidang dipimpin
langsung oleh Ir. Sukarno.
Tidak lebih dari dua jam, sidang
menyepakati beberapa keputusan terhadap rancangan Pembukaan dan undang-undang
dasar yang telah disiapkan BPUPKI, yaitu :
No
|
Rancangan BPUPKI
|
Pembahasan PPKI
|
1
|
Bab III Pasal 4 Presiden harus
beragama Islam, mengingat sebagian besar rakyat beragama Islam
|
Presiden ialah orang Indonesia asli
|
2
|
Jumlah wakil presiden ditetapkan dua
orang
|
Jumlah wakil presiden ditetapkan satu
orang saja
|
3
|
Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan
|
Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan menurut undang-undang dasar
|
4
|
Negara berdasar atas ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
|
Negara berdasar atas ketuhanan Yang
Maha Islam
|
Dengan beberapa revisi tersebut, rancangan pembukaan dan
undang-undang dasar disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar RI 1945.
PPKI mengadakan pemilihan presiden
dan wakil presiden. Sebelum acara pemilihan, Bung Krno selaku ketua sidang
menguslkan agar pasal 3 dalam aturan peralihan bisa disahkan terlebih dahulu.
Pasal itu antara lain berbunyi : Untuk pertama kali presiden dan wakil presiden
dipilih oleh PPKI. Setelah disepakati, Otto Iskandardinata mengajukan usul agar
pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secar aklamsi, sedangkan calon
yang ia usulkan adalah Bung Karno sebagai presiden dan Bung Hatta sebagai wakil
presiden. Tanpa adanya kesulitan semua peserta sidang secara aklamsi bisa
menerimanya. Demikian setelah menetapkan Mukadimah dan UUD 1945, PPKI
menetapkan Ir. Sukarno sebagai presiden dan Drs. Muh. Hatta sebagai wakil
presiden.
Sebelum menutup sidang PPKI Bung
Karno menunjuk sembilan orang sebagai Panitia Kecil yang harus menyusun rencana
mengenai masalah-masalah yang sangat mendesak seperti pembagian wilayah negara,
kepolisian, tentara kebangsaan, dan perekonomian. Sidang tanggal 19 Agustus
1945 PPKI berhasil membentuk alat kelengkapan negara dan pemerintah
Keputusan sidang PPKI tanggal 19
Agustus 1945
I. Untuk
sementara waktu daerah negara Indonesia dibagi dalam delapan propinsi yang
masing-masing dikepalai oleh seorang gubenur. Propinsi-propinsi tersebut :
1)
Jawa Barat
2)
Jawa Tengah
3)
Jawa Timur
4)
Sumatra
5)
Borneo (Kalimantan)
6)
Sulawesi
7)
Maluku
8)
Sunda Kecil (Nusa Tenggara)
II. Daerah propinsi dibagi dalam karesidenan yang
dikepalai oleh seorang residen. Gubenur dan residen dibantu oleh Komite
Nasional daerah.
III. Pemerintah Republik Indonesia akan dibagi dalam dua
belas departemen (kementrian), yaitu :
1)
Departemen Dalam Negeri
2)
Departemen Luar Negeri
3)
Departemen Kehakiman
4)
Departemen Keuangan
5)
Departemen Kesehatan
6)
Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan
Kebudayaan
7)
Departemen Sosial
8)
Departemen Pertahanan
9)
Departemen Penerangan
10)
Departemen Perhubungan
11)
Departemen Pekerjaan Umum.
Mengenai Pertahanan :
1)
PETA di Jawa dan Bali serta Laskar Rakyat di
Sumatera dibubarkan
2)
Aktivitas prajurit Heiho dihentikan
3)
Tentara Kebangsaan Indonesia supaya segera
dibentuk oleh presiden.
Setelah menyelewsaikan persidangan,
pada malam harinya presiden dan wakil presiden berdiskusi dengan beberapa tokoh
perjuangan antara lain : Mr. Sartono, Suwiryo, Otto Iskandadinata, Sukardjo
Wirjopranoto, dr. Buntaran, Mr. A.G. Pringgodigdo, Sutardjo Kartohadikusumo,
dan dr. Tajuludin untuk membahas keanggotaan Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP).
Hasil pembahasan dibawa ke sidang
PPKI tanggal 22 Agustus 1945. Dalam sidang berhasil ditetapkan :
1.
Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) dengan kepengurusan : Mr. Kasman Singodimedjo (ketua), Sutardjo Kartohadikusumo
(wakil ketua I), Mr. Latuharhary (wakil ketua II), dan Adam Malik (wakil ketua
III), serta
2.
Penetapan Partai Nasional.
Sidang pertama tanggal 29 Agustus 1945 KNIP mengeluarkan
Mosi Rakyat antara lain :
a)
Bangsa Indonesia menuntut pengakuan kemerdekaan
dari seluruh dunia dengan terlaksananya
negara Republik Indonesia sekarang ini, sebagai salah satu syarat bagi
perdamaian internasional
b)
Maklumat tentang kewajiban rakyat Indonesia
untuk serentak mendukung pemerintah negara Republik Indonesia merdeka, dengan mencurahkan
segenap pikiran, tenaga, harta benda, dan jiwa raga bagi keselamatan serta
kemakmuran bangsa Indonesia.
Tanggal 2 September 1945 Presiden
Ir. Soekarno mengumumkan pembentukan kabinet Republik Indonesia pertama. sesua
dengan UUD 1945 maka kabine6t itu dipimpin oleh presiden. Anggota kabinetnya
antara lain : RAA Wiranata Kusumah (Mendagri), Mr. Ahmad Subardjo (Menlu), Mr.
AAMaramis (Menkeu), Prof Mr Dr Soepomo (Menkeh), Ir Surachman Tjokroadisuryo
(Menteri Kemakmuran), Suprijadi (Menteri Keamanan Rakyat), Dr. Buntaran
Martoatmadjo (Menkes), Ki Hajar Dewantoro (Menteri pengajaran), Mr Amir
Syarifuddin (Menpen), Mr. Iwa Kusumasumantri (Mensos), Abikusno Tjokrosujoso
(Men PU dan Menhub ad interim). Selain itu presiden Ir Soekarno juga mengangkat
empat menteri negara yaitu : Wachid Hasjim, Dr. M Amir, Mr. RM Sartono, dan R
Otto Iskandadinata, serta empat pejabat negara lainnya, yaitu : Mr. Dr Kusumah
Atmadja (Ketua MA), Mr Gatot Tarunamihardja (Jaksa Agung), Mr AG Pringgodigdo
(Mensegneg), dan Sukardjo Wirjopranoto (Juru Bicara Negara).
Tanggal 5 Oktober 1945 Ir Soekarno
mengenguarkan maklumat, yang
isinya : “ Untuk memperkuat perasaan keamanan umum, maka diadakan satu Tentara
Keamanan Rakyat (TKR)“. Semula yang diangkat sebagai pimpinan tertinggi TKR
adalah Supriyadi. Namun tokoh PETA yang melakukan pemberontakan di Blitar tahun
1944 tidak pernah muncul, maka dalam rapat komandan-komandan devisi seluruh
Indonesia tanggal 12 Nopember 1945 di Yogyakarta, terpilihlah Sudirman (Kepala
Divisi IV yang berkedudukan di Purwokerto). Maka mulai tanggal 18 Desember 1945
Jenderal Sudirman bertindak sebagai Panglima Besar TKR, Letnan Jenderal Urip Sumohardjo sebagai Kepala Staf Umum TKR,
dengan 10 Divisi TKR di Jawa dan 6 Devisi TKR di Sumatra.
b. Dukungan Daerah terhadap Pembentukan Negara dan
Pemerintah Republik Indonesia.
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, yaitu
tanggal 18 Agustus 1945 keluarlah dua maklumat penting, yaitu :
1.
Berasal dari presiden dan wakil presiden yang
antara lain berisi permintaan agar rakyat Indonesia dari segenap lapisan
tinggal tentram, tenang, siap
sedia, dan memegang teguh kedisiplinan.
2.
Dari Komite Nasional Indonesia yang berisi agar rakyat menjaga nama dan kehormatan
bangsa dengan menjauhkan segala pikiran dan perbuatan yang jahat-jahat dengan
memegang teguh ketentraman umum.